Cara Merubah Artikel Copy Paste Menjadi Original/Asli

Apa kabar Sahabat Kimo?

Tentu saja kabar kalian baik-baik saja karena jika tidak begitu,sahabat tidak akan berkunjung ke blog saya untuk melihat /membaca artikel ini. Yang saya beri judul "Cara Merubah Artikel Copas Menjadi Original". Ok,Langsung saja tanpa basa basi kita ke topik utamanya.

Cara Merubah Artikel Copy Paste Menjadi Original/Asli adalah sebagai berikut :

1-Kalian Copy artikel yang ingin kalian copas/curi(Artikel itu harus bagus mulai dari Judul,isi dan Lain lainya)

2-Setelah kalian copy/curi artikel, Pastekan hasil copy tersebut ke NotePad.(tujuannya agar tidak ada bekas sumber alamat sang pembuat artikel yang asli).

3-Lalu Save Hasil copy tersebut dengan NotePad.

4-Buka hasil File yang telah disimpan dengan notepad tadi.

5.Copy Semua isi yang ada pada Notepad tadi, lalu pastekan ke sofware tulis selain notepad(apa saja boleh contoh Microsoft Word).

6-Setelah melakukan langah-langah dari no 1-5 secara urut baru kalian boleh pastekan hasil copas Artikel tadi ke Buat Entri baru di blog tapi ingat jangan langsung di publikasikan karena belum 100% artikel itu menjadi Original/Asli.

7-Setelah itu kalian lakukan pengeditan sebagai berikut : 
 Mengeditnya hanya teks dan gambar saja tata letak jangan di edit karena itu akan dilakukan di akhiran. Ubah Judul (diubah kata-katanya jangan sampai sama persis dengan judul yang asli) Tambahkan Link blog kalian di dalam isi artikel itu minimal 1 Link,Ubah kata-kata yang kurang bagus menurut kalian dalam artikel tersebut. Tambahkan kata-kata apa saja yang penting membentuk kalimat.Untuk Gambar, kalian tidak boleh gambar copy secara langsung tetapi gambar tersebut harus gambar yang di ambil melalui insert image(alias kalian harus simpan gambar lalu tambahkan ke artikel tersebut)

8-Setelah melakukan pengeditan, Tekan Ctrl + A (untuk memBlok isi artikel).
kemudian Tekan  Icon Remove Formatting seperti yang ada di bawah ini.


9.Setelah itu kalian boleh publikasikan artikel tersebut karena sudah 100% artikel itu menjadi Original/Asli

Sekian dari saya untuk cara merubah artikel copy paste menjadi original/asli. dan jangan lupa jika ada waktu berkunjung lagi :)

Hidup Elegan Seorang Tukang Bakso

Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk mengurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik–rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor, terdengar suara tek…tekk.. .tek…suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat, aku menghentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak-anak, siapa yang hendak memesan bakso.


“Mauuuuuuuuu. …”, secara serempak dan kompak anak-anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, saya kemudian membayarnya.
Ada satu hal yang menggelitik pikiran selama ini. Ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan di laci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

“Mang kalo boleh tahu, kenapa uang-uang itu Emang pisahkan ? Barangkali ada tujuan?” “Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita–cita penyempurnaan iman “.

“Maksudnya?”, saya melanjutkan bertanya.

“Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari – hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena Emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat-sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si Emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki pikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : “Iya memang bagus…,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya….”.

Ia menjawab, ” Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi “mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, “mampu”, maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita”. 

***
Begitulah readers, sebuah cuplikan kisah yang semoga membuat kita merubah paradigma berpikir menyerah sebelum berperang. Sesungguhnya, mampu atau tidak mampu bergantung kepada mau. Kemauan untuk mengusahakan sesuatulah yang membuat cita-cita dan harapan menjadi kenyataan. Jadi teringat sebuah puisi pendek di buku Maryamah Karpov.

“Kuberi tahu satu rahasia padamu, Kawan..
Buah paling manis dari berani bermimpi adalah..
kejadian-kejadian menakjubkan dalam perjalanan menggapainya”

Tukang bakso pada cerita tersebut mempercayai dirinya sehingga ia berani bermimpi. Kekuatan percaya dan mimpi itu membuatnya mengusahakan sesuatu untuk mencapainya dan akhirnya dapatlah ia memanen buah manis dari perjuangannya.

So, readers, percayalah pada diri sendiri bahwa kita mampu melakukan banyak hal untuk menggapai cita-cita. Janganlah menyerah dan membatasi diri! Mari bersama kita jadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang selalu optimis dan berdaya juang tinggi!

Sumber kisah : milis

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...